-->

DPR Kecewa Tragedi Nol Buku di Indonesia

Perpustakaan
DPR Kecewa Tragedi Nol Buku di Indonesia
Penulis : Ratih P Sudarsono | Editor : I Made Asdhiana
Kamis, 20 Januari 2011 | 21:29 WIB
M.LATIEF/KOMPAS IMAGES Ilustrasi: Keberadaan perpustakaan sekolah memang masih belum dioptimalkan. Kendalanya, terutama minimnya koleksi perpustakaan.

BOGOR, KOMPAS.com — Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di DPR prihatin dan kecewa terhadap Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang hingga saat ini belum memiliki blue print (cetak biru) pengembangan perpustakaan nasional. Pasalnya, saat ini dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di dunia. Dengan kata lain, orang Indonesia dalam setahun hanya mampu membaca 27 halaman, atau terjadi tragedi nol buku di Indonesia.

"Kami sangat prihatin

sampai hari ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) belum memiliki blue print untuk mengembangkan perpustakaan Tanah Air. Padahal, blue print ini memiliki peran yang sangat penting untuk memajukan bangsa kita. Cetak biru itu diharapkan menjadi solusi meningkatkan budaya membaca masyarakat, sekaligus memajukan peradaban bangsa," kata Rohmani dari FPKS dalam siaran pers yang diterima via surat elektronik, Kamis (20/1/2011).

Dalam siaran pers itu disebutkan, pernyataan keprihatinan FPKS itu dinyatakannya dalam rapat dengar pendapat Komisi X dengan pejabat PNRI di Gedung DPR pada Rabu lalu.

Dijelaskan, berdasarkan penilaian internasional, yaitu Programme for International Student Assessment tahun 2009, dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di dunia, di bawah Thailand (50) dan jauh di bawah Jepang (8).

"Kami sedih ternyata minat membaca masyarakat kita rendah sekali. Dalam 365 hari masyarakat Indonesia rata-rata hanya membaca 27 halaman. Dengan kata lain, untuk membaca 1 halaman, masyarakat kita memerlukan waktu 2 pekan. Coba bandingkan dengan Jepang yang siswanya membaca 15 buku dalam 1 tahun. Inilah yang disebut tragedi nol buku," kata Rohmani.

Rohmani juga menyesalkan tidak adanya langkah nyata dari PNRI. Laporan yang disampaikan pejabat PNRI dalam RDP tersebut masih normatif, belum menunjukkan substansi dari masalah yang dihadapi. Hal ini karena PNRI belum memiliki cetak biru pembangunan perpustakaan nasional.

"Saya melihat laporan ini bukan cerminan persoalan kita sekarang. Ada persoalan yang jauh lebih besar, yaitu persoalan minat baca bangsa kita. Membangun perpustakaan harus seiring dengan upaya membangkitkan minat baca. Jangan sampai perpustakaan hanya menjadi gudang buku karena tidak ada yang mau berkunjung dan membaca buku di sana," kata Rohmani.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Komisi X DPR menyepakati dibentuknya panitia kerja (panja) tentang perpustakaan dan minat baca. Panja ini akan bekerja merumuskan cetak biru perpustakaan yang akan menjadi panduan dan grand strategy pembangunan perpustakaan nasional dan budaya membaca. Panja ini nanti melibatkan beberapa departemen yang terkait dengan perpustakaan nasional.

"Karena sangat penting untuk kepentingan bangsa, ini harus melibatkan departemen (kementerian) terkait, seperti pendidikan nasional, pariwisata dan kebudayaan, serta pemuda dan olahraga. Persoalan perpustakaan bukan hanya masalah infrastruktur atau pengadaan buku semata. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana meningkatkan minat bangsa ini," kata Rohmani.

Di samping itu, ia juga menekankan agar pejabat PNRI memerhatikan daya serap anggaran yang masih lemah. Anggaran Rp 443 miliar masih tergolong kecil untuk persoalan sebesar itu. "Sayangnya, anggaran sekecil itu pun tidak terserap," katanya.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/01/20/21290941/DPR.Kecewa.Tragedi.Nol.Buku.di.Indonesia

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "DPR Kecewa Tragedi Nol Buku di Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel