Budiyono Dion. Pena Guru Menulis.
••
Alquran telah memberikan batasan-batasan menyangkut kebutuhan hidup manusia, tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan, mana yang halal dan mana yang haram. Halal merujuk pada segala sesuatu yang diizinkan agama Islam, seperti makanan yang disembelih sesuai dengan syariat atau bahan-bahan yang tidak mengandung unsur haram. Sedangkan baik, mengacu pada makanan yang memberikan manfaat dan tidak merusak kesehatan atau akal, seperti makanan yang bergizi dan bebas dari bahan berbahaya.
Firman Allah
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah/QS.2:168)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan; Setelah Allah Swt. menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia dan bahwa hanya Dialah yang menciptakan segalanya. Maka Allah Swt. menjelaskan bahwa Dialah yang memberi rezeki semua makhlukNya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan sebagai pemberi karunia kepada mereka, bahwa Dia memperbolehkan mereka makan dari semua apa yang ada di bumi, yaitu yang dihalalkan bagi mereka lagi baik dan tidak membahayakan tubuh serta akal mereka, sebagai karunia dari Allah Swt.
Allah melarang mereka mengikuti langkah-langkah setan, yakni jalan-jalan dan sepak terjang yang digunakan untuk menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan bahirah (hewan unta bahirah), saibah (hewan unta saibah), wasilah (hewan unta wasilah), dan lain sebagainya yang dihiaskan oleh setan terhadap mereka dalam masa Jahiliah. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Iyad ibnu Hammad yang terdapat di dalam kitab Sahih Muslim, dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Allah berfirman, "Sesungguhnya semua harta yang telah Kuberikan kepada hamba-hamba-Ku adalah halal bagi mereka." Selanjutnya disebutkan, "Dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan cenderung kepada agama yang hak, maka datanglah setan kepada mereka, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya dan mengharamkan atas mereka apa-apa yang telah Kuhalalkan bagi mereka."
Firman Allah Swt.
{إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ}
“Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. “(Al-Baqarah/QS.2:168)
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menanamkan antipati terhadap setan dan sikap waspada terhadapnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
إِنَّ الشَّيْطانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّما يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian. Maka anggaplah ia musuh (kalian), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir/QS.35:6)
أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
“Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (Al-Kahfi/QS.18:50)
Qatadah dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. (Al-Baqarah: 168) Setiap perbuatan durhaka kepada Allah, maka perbuatan itu langkah (jalan) setan.
Firman Allah Swt.
{إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}
“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. (Al-Baqarah/QS.2:169)
Yakni sesungguhnya setan musuh kalian hanya memerintahkan kalian kepada perbuatan-perbuatan yang jahat dan perbuatan-perbuatan yang berdosa besar, seperti zina dan lain-lainnya; dan yang paling parah di antaranya ialah mengatakan terhadap Allah hal-hal yang tanpa didasari pengetahuan, dan termasuk ke dalam golongan terakhir ini setiap orang kafir, juga setiap pembuat bid'ah.
Selanjutnya tafsir Ringkas Kementrian Agama RI memberikan penjelasan pada Surat Al-Baqarah Ayat 168 ini sebagai berikut; Wahai manusia! makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya.
Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah.
Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia.
Sebagai musuh manusia, sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat, yaitu perbuatan yang mengotori jiwa dan berakibat buruk terhadap kehidupan meskipun tanpa sanksi hukum duniawi, seperti menyakiti sesama, menebar permusuhan, merusak persatuan dengan cara mengadu domba dan menyebar kebohongan, berhati dengki, angkuh dan sombong, dan setan juga menyuruh manusia berbuat keji, yaitu perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya, seperti zina dan pembunuhan, dan setan juga membisikkan agar kamu mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah dengan mengatakan bahwa Allah punya istri dan punya anak, padahal Allah mahasuci dari hal tersebut.
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang menjadi rasul, agar mereka memakan makanan yang baik (halal) dan mengerjakan amal saleh. Hal ini menunjukkan bahwa perkara yang halal itu membantu mengerjakan amal saleh.
Firman Allah
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al Mukminun/QS.23:51)
Maka para nabi mengerjakan perintah ini dengan sebaik-baiknya, dan mereka menggabungkan semua kebaikan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, baik sebagai pembuktian dari diri maupun dalam bernasehat. Semoga Allah membalas mereka atas jasa-jasa mereka kepada semua hamba Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Terkait dengan ayat 51 Al Mukminun tersebut Wafi Marzuki Ammar menjelaskan: Ini perintah dari Allah untuk para RasulNya agar makan dari yang halal, mengerjakan amal shalih, serta bersyukur atas nikmatNya. Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang halal itu menjadi penolong dalam mengerjakan amal yang shalih.
Kata thayyib (Tafsir at Tanwir II,2022:56) yang dinisbahkan kepada makanan sering kali disertai dengan kata halal. Misalnya perintah Allah agar makan rezeki yang halal lagi thayyib yang disebutkan dalam Al Baqarah/QS.2:168, Al Maidah/QS.5:88, Al Anfal/QS.8:69, Al Nahl/QS.16:114
Thayyib mengandung arti baik, berkualitas dan bermanfaat. Label thayyib dalam Alquran tidak hanya dinisbatkan kepada jenis makanan, tetapi dinisbatkan juga pada beberapa hal. Dinisbatkan kepada; keturunan (dzurriyyah thayyibah), kalimah thayyibah, pohon (syajarah) thayyibah, tempat-tempat (masakina) thayyibah, negeri (baldah) thayyibah, penghargaan (tahiyyatan) thayyibah, hembusan angin (rih) thayyibah. Semua kata yang diberi sifat thayyibah adalah berkualitas, baik, dan memberi manfaat.
Perintah Alquran agar mengonsumsi makanan minuman halal dan thayyib menunjukkan kasih sayang Allah kepada semua umat manusia. Mereka diundang untuk menjaga Kesehatan melalui melalui konsumsi makanan. Karena gangguan kesehatan selalu disebabkan oleh pola makan.
Orang yang membangkang dari seruan Allah ini berarti telah mengikuti langkah setan. Setan, dalam konteks ini, tidak hanya berarti godaan dalam bentuk maksiat atau dosa, tetapi juga bisa berarti godaan berupa perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti mengonsumsi makanan yang haram atau berbahaya bagi tubuh. Setan berusaha menjerumuskan umat manusia ke dalam kesalahan dengan menggoda mereka untuk melanggar perintah Allah, termasuk dalam urusan makanan. Ingat dosa pertama yang dilakukan Adam-Hawa adalah karena memakan buah terlarang.
Allah telah menyeru manusia untuk berhati-hati dalam setiap tindakan, termasuk dalam memilih makanan. Ini adalah bagian dari menjaga tubuh dan jiwa dari hal-hal yang merusak. Mengonsumsi makanan yang halal dan baik adalah bagian dari menjaga kesehatan dan mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mengabaikan perintah ini adalah mengikuti langkah-langkah syaitan yang selalu berusaha menjauhkan manusia dari kebaikan dan keselamatan.
Dalam menjalani kehidupan, kita harus berhati-hati dalam dalam memilih makanan. Makanan yang halal dan baik adalah berkah dari Allah. Dengan mengikuti seruan ini, kita tidak hanya menjaga tubuh, tetapi juga iman dan hubungan kita dengan Allah Swt.
*****
0 Response to "MAKANLAH YANG HALAL DAN BAIK JANGAN MENGIKUTI LANGKAH SYAITAN"
Post a Comment