Budiyono Dion. Pena Guru Menulis.
WARISAN ILMU DAN KEPEMIMPINAN DARI
NABI DAUT KE NABI SULAIMAN
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ (16)
Allah Swt. memberikan kebaikan kepada Nabi Sulaiman akan warisan Sang ayah Nabi Daud berupa kerajaan dan kenabian. Bukan hanya itu, Nabi Sulaiman juga mendapat mukjizat dari Allah berupa bisa berbicara dengan hewan yang salah satunya adalah bisa berbicara dengan burung.
Firman Allah
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata".(An Naml/QS.27:16)
Ayat ini menjelaskan tentang warisan kenabian dan kerajaan yang diterima oleh Nabi Sulaiman AS dari ayahnya, Nabi Daud AS. Namun, yang diwariskan bukan hanya kekuasaan, melainkan ilmu, hikmah, dan kemampuan luar biasa, termasuk kemampuan memahami bahasa burung dan makhluk lainnya.
Penjelasan ini penting untuk menegaskan bahwa para nabi tidak mewariskan harta benda duniawi, melainkan ilmu dan amanah. Maka warisan yang dimaksud dalam ayat ini adalah warisan risalah dan kepemimpinan, bukan harta.
Ilmu sebagai Karunia Allah. Dalam ayat ini, Nabi Sulaiman dengan rendah hati menyatakan:
"Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya ini benar-benar suatu karunia yang nyata."
Ini adalah ungkapan syukur atas nikmat ilmu yang luar biasa. Kemampuan memahami komunikasi binatang bukanlah kelebihan biasa, melainkan bukti kemampuan luar biasa yang hanya Allah berikan kepada hamba pilihan-Nya.
Pelajaran penting dari kalimat ini adalah bahwa: 1) Ilmu adalah pemberian, bukan semata hasil usaha manusia. 2) Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin harus ia bersyukur dan rendah hati.
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa; Nabi Sulaiman telah mewarisi Dawud yaitu kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya, Nabi Sulaiman juga bisa mengerti bahasa burung.
Oleh karena itu Allah Swt. berfirman: (kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu) yang diperlukan bagi seorang raja (Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata) yaitu yang jelas dan terang dari Allah kepada kami.
Firman Allah Swt.:
{وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ}
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An-Naml/QS.27:16)
Yakni mewarisi kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya. Karena seandainya Sulaiman mewarisi hartanya, tentulah tidak hanya khusus Sulaiman saja yang mewarisinya, melainkan anak-anak Nabi Daud yang lainnya pun ikut mewarisinya, karena sesungguhnya Nabi Daud mempunyai seratus orang istri.
Hal ini menguatkan bahwa yang diwarisinya hanyalah kerajaan dan kenabiannya saja, karena sesungguhnya para nabi itu tidak diwarisi hartanya, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah Saw. melalui salah satu sabdanya yang mengatakan:
نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ لَا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ
Kami para nabi, tidak diwarisi; semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.
Firman Allah Swt.
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (An-Naml/QS.27:16)
Yakni Sulaiman memberitahukan kepada orang-orang bahwa Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang besar, sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung.
Akan tetapi, memang Allah telah memberikan pengertian kepada Sulaiman bahasa burung yang sedang terbang di udara, juga bahasa hewan-hewan dengan berbagai jenis dan macamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
“kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu,” (Ah-Naml/QS.27:16)
yang diperlukan bagi seorang raja.
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ}
“Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.” (An-Naml/QS.27:16)
Nabi Sulaiman tidak hanya dikenal karena keilmuannya, tetapi juga kepemimpinannya yang adil dan bijak. Ia memimpin bukan dengan kesombongan, melainkan dengan hikmah dan penghambaan kepada Allah. Ayat ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati harus dibangun di atas ilmu, ketakwaan, dan rasa syukur, bukan sekadar kekuasaan.
Di era modern, ilmu dan kekuasaan sering kali dipisahkan dari nilai-nilai spiritual. Banyak orang berilmu tetapi tidak memiliki kebijaksanaan, atau berkuasa tetapi tidak takut kepada Allah. Padahal, kisah Nabi Sulaiman memberi teladan bahwa keduanya harus berjalan bersama, ilmu yang membimbing kekuasaan, dan kekuasaan yang ditundukkan oleh nilai-nilai ilahi.
Surat An Naml ayat 16 mengajarkan kepada kita bahwa;
1. Kebesaran Allah itu benar adanya dan tidak seperti orang-orang yang tidak berilmu yang hanya sembarangan dalam berbicara tanpa ada kebenaran.
2. Pentingnya ilmu. Mengajarkan umat Islam untuk banyak menuntut ilmu, sebab tanpa ilmu, manusia tidak berbeda dengan makhluk lainnya, semisal binatang.
3. Tentang makna kepemimpinan sejati, yaitu ketika ilmu, kekuasaan, dan syukur bersatu dalam satu pribadi yang tunduk kepada Allah. Nabi Sulaiman AS menjadi teladan bahwa kemuliaan bukan terletak pada apa yang dimiliki, tetapi pada bagaimana seseorang mensyukuri dan mengelola karunia tersebut dengan amanah dan tawadhu.
Semoga kita bisa meneladani Nabi Sulaiman AS dalam menjadikan ilmu sebagai amanah dan kekuasaan sebagai sarana untuk menegakkan kebenaran.
*****

0 Response to "WARISAN ILMU DAN KEPEMIMPINAN DARI NABI DAUT KE NABI SULAIMAN"
Post a Comment