Budiyono Dion. Pena Guru Menulis.
SESUNGGUHNYA SEGALA YANG KAMU SERU SELAIN ALLAH
SEKALI-KALI TIDAK DAPAT MENCIPTAKAN SEEKOR LALAT PUN
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73)
Berhala-berhala dan Tuhan selain Allah sebagai tandingan yang disembah oleh orang orang kafir, tidak akan mampu bersekutu untuk menciptakan seekor lalat sekalipun. Manusia yang menyembah Tuhan selain Allah yang berarti mereka tidak mengagungkan Allah dzat Yang Maha Pencipta dan Maha besar.
Firman Allah
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”(Al Hajj/QS.22:73)
Allah Swt. menggunakan perumpamaan yang sangat sederhana namun tajam untuk menunjukkan kelemahan sesembahan selain Allah, termasuk berhala, dewa-dewa, dan segala bentuk sembahan batil lainnya. Perumpamaan ini menggunakan seekor lalat, makhluk kecil dan dianggap remeh, sebagai alat untuk menyingkap kebenaran yang besar: bahwa makhluk selain Allah tidak mampu menciptakan apapun, bahkan sesuatu yang sangat kecil sekalipun.
Ibnu Katsir menyatakan; Allah Swt. berfirman menyoroti kehinaan berhala-berhala itu dan ketidakwarasan akal para pengabdinya.
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ}
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan…” (Al-Hajj/QS.22:73)
Yakni tentang apa yang disembah-sembah oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah lagi mempersekutukan-Nya.
{فَاسْتَمِعُوا لَهُ}
“maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.” (Al-Hajj/QS.22:73)
Artinya, perhatikanlah dan dengarkanlah baik-baik, serta pahamilah dengan benar.
{إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ}
“Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya.” (Al-Hajj/QS.22: 73)
Yaitu sekalipun semua berhala yang disembah mereka itu bersatu untuk menciptakan seekor lalat, niscaya mereka tidak akan mampu me¬lakukannya.
“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah secara marfu': Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan (sesuatu) seperti ciptaan-Ku, maka hendaklah mereka menciptakan seperti ciptaan-Ku, baik berupa semut kecil, atau lalat atau biji?”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Imarah, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي؟ فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً، فَلْيَخْلُقُوا شُعَيْرَةً"
Allah Swt. berfirman, "Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan (sesuatu) seperti ciptaan-Ku, maka hendaklah mereka menciptakan semut kecil (jika mampu), dan hendaklah mereka menciptakan sebiji gandum.”
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ}
“Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.”(Al-Hajj/QS.22:73)
Yakni mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat pun. Bahkan yang lebih jelas daripada itu mereka tidak mampu mempertahankan diri dari lalat itu dan tidak dapat menolong dirinya sendiri seandainya lalat itu merampas sesuatu yang ada padanya, misalnya wewangian yang ada padanya (yang diletakkan oleh para penyembahnya). Dan seandainya berhala-berhala itu berkehendak merebut kembali apa yang dirampas darinya, niscaya tidak akan mampu melakukannya; padahal lalat adalah makhluk Allah yang paling lemah dan paling hina. Karena itulah disebutkan oleh firmanNya:
{ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ}
“Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (Al-Hajj/QS.22:73)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa talib artinya berhala, sedangkan matlub artinya lalat. Lalu dipilih oleh Ibnu Jarir, hal ini berdasarkan konteks lahiriahnya. As-Saddi dan selainnya mengatakan bahwa tdlib artinya penyembah, sedangkan matlub artinya berhala. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ}
“Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.” (Al-Hajj/QS.22:74)
Maksudnya, mereka tidak mengetahui tentang kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya saat mereka menyembah selain-Nya di samping Dia dibandingkan dengan berhala-berhala yang tidak mampu memper¬tahankan diri terhadap lalat yang menyerangnya karena berhala-berhala itu lemah dan tidak mempunyai kekuatan apa pun.
{إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj/QS.22:74)
Yakni Dia Mahakuat yang dengan kekuasaan serta kekuatan-Nya menciptakan segala sesuatu.
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.” (Ar-Rum/QS.30:27)
{إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ. إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ}
“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguh¬nya Dialah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).” (Al-Buruj/QS.85:12-13)
{إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ}
“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh.” (Adz-Dzariyat/QS.51:58)
Adapun firman Allah Swt.:
{عَزِيزٌ}
“lagi Mahaperkasa.” (Al-Hajj/QS.22:74)
Artinya, Dia Mahaperkasa atas segala sesuatu. Maka Dia mengalahkan dan menundukkannya, tiada yang dapat mencegah dan tiada yang dapat menang atas-Nya, berkat kebesaran dan kekuasaanNya. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.
Sesungguhnya segala yang dijadikan sembahan selain Allah oleh orang orang kafir itu, sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersekutu untuk menciptakan seekor lalat sekalipun.
Ayat ini menjadi pelajaran penting dalam membangun fondasi tauhid (keesaan Allah). Ia mengajarkan bahwa:
1. Tidak ada satu pun makhluk yang layak disembah selain Allah.
2. Segala bentuk sesembahan palsu adalah lemah dan tidak berdaya.
3. Bahkan jika semua makhluk berkumpul untuk menciptakan sesuatu seperti lalat, mereka tetap tidak mampu melakukannya tanpa izin Allah.
Dengan perumpamaan ini, Allah Swt. menghancurkan logika syirik dari akar-akarnya. Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak bisa menciptakan apapun, dan bahkan kalah oleh lalat, dianggap pantas untuk disembah?
Meskipun penyembahan berhala secara fisik mungkin tidak lagi lazim di sebagian besar masyarakat modern, "sesembahan" dalam bentuk lain masih banyak: jabatan, uang, pengaruh, teknologi, atau bahkan manusia itu sendiri. Semua itu tidak mampu menciptakan apapun dari ketiadaan, dan tidak dapat menolong kita tanpa izin Allah Swt.
Ayat ini mengingatkan bahwa kita tidak boleh bergantung total pada makhluk, karena semua makhluk, betapa pun hebatnya, lemah di hadapan kekuasaan Allah.
Surat Al-Hajj ayat 73 adalah ayat yang menyadarkan kita dengan perumpamaan yang indah dan tajam. Seekor lalat dijadikan simbol atas kelemahan makhluk, sekaligus untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah. Maka, sudah sepatutnya kita hanya bersandar, berharap, dan menyembah kepada Allah yang Maha Menciptakan, bukan kepada makhluk yang tidak mampu membela diri bahkan dari lalat sekalipun.
*****

0 Response to "SESUNGGUHNYA SEGALA YANG KAMU SERU SELAIN ALLAH SEKALI-KALI TIDAK DAPAT MENCIPTAKAN SEEKOR LALAT PUN"
Post a Comment