Budiyono Dion. Pena Guru Menulis.
TRILOGI PERTOLONGAN KESULITAN SESAMA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ في عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.
Islam adalah agama yang sangat menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial. Salah satu wujud nyata dari ajaran ini adalah anjuran untuk membantu atau menolong sesama dalam menghadapi kesulitan hidup.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR.Muslim)
Hadits agung yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ini, Rasulullah Saw. merinci tiga (trilogi) bentuk utama bantuan atau pertolongan yang memiliki dampak luar biasa, baik di dunia maupun di akhirat, yaitu; 1) melapangkan kesusahan dunia pada seorang Mukmin, 2) memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, 3) menutupi (aib) seorang Muslim.
Ketiga bentuk pertolongan ini bisa kita sebut sebagai “Trilogi Pertolongan Kesulitan Sesama”, yang masing-masing memiliki balasan mulia dari Allah Swt.
1. Melapangkan Kesusahan Dunia
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan bahwa setiap kali kita membantu seorang Mukmin yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan dalam kehidupan dunia, Allah Swt. akan membalasnya dengan melapangkan kesusahan yang kita alami di hari Kiamat.
Tindakan seperti ini tidak hanya memberikan bantuan praktis bagi sesama, khususnya saudara seiman kita, tetapi juga menunjukkan rasa empati dan kepedulian yang dalam terhadap kondisi sesama.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allâh menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang“ (HR. Bukhari)
Membantu bisa dengan ilmu, harta, bimbingan, nasehat, saran yang baik, dengan tenaga dan lainnya.
Nabi Muhammad Saw. bersabda
“Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani).
Seorang Muslim yang membebaskan kesulitan atau penderitaan Muslim lainnya dengan ikhlas, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan balasan terbaik yaitu dilepaskan dari kesulitan terbesar dan terberat di hari Kiamat.
Dintara kaum muslimin itu bagaikan satu tubuh. Mereka akan bersatu dalam suka dan duka, dia akan merasakan bahagia tatkala saudaranya mendapatkan kebahagiaan, dan ia akan merasa sedih tatkala mereka mendapatkan musibah.
Sabda Rasulullah Saw.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, kasih dan saying di antara mereka bagaikan satu jasad. Kalau salah satu bagian darinya merintih kesakitan, maka seluruh bagian jasad akan ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.”
Di antara kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya adalah bersegera memberikan bantuan untuk menghilangkan kesulitannya dan menghilangkan kegelisahannya.
2. Memudahkan Urusan yang Sulit
Pentingnya memudahkan urusan orang lain, terutama dalam konteks keuangan dan hutang. Seseorang yang memudahkan urusan orang yang sedang menghadapi kesulitan finansial, Allah Swt. akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla menyebutkan pada hari kiamat sebagai hari yang sulit bagi orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا (26)
“Dan itulah hari yang sulit bagi orang-orang kafir.” (al-Furqan/QS.25:26)
Alangkah mengerikannya penderitaan pada hari kiamat. Karenanya seorang muslim sangat memerlukan amal shalih agar bisa selamat pada hari itu, hingga bisa menuju surga.
Aisyah as berkata, bahwasanya Nabi Saw. bersabda,
“Pada hari kiamat nanti, semua manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan."Saya kemudian bertanya, semua laki-laki dan wanita; dan mereka saling melihat satu sama lain? Rasulullah menjawab, “Urusan pada hari itu sangat dahsyat sehingga mereka tidak akan memikirkan hal itu.” (Muttafaqun ‘alaih).
Allah akan membalas apa yang mereka kerjakan di dunia. Jika seorang muslim di dunianya mengentaskan orang-orang mukmin dari kesusahan, maka Allah akan mengeluarkan dari berbagai kesusahan pada hari kiamat, bahkan berlipat ganda dari apa yang dilakukan di dunia.
“Barang siapa yang mengeluarkan seorang muslim dari kesusahan dunia, maka Allah akan mengeluarkannya dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Muslim)
3. Menutupi Aib Sesama Muslim
Rasulullah bersabda
“Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat.” (HR.Muslim)
Hadits ini menegaskan pentingnya menjaga kehormatan sesama Muslim, serta menghindari perilaku yang dapat mencelakakan atau merugikan mereka di mata publik.
Tentang perbuatan maksiat, jika orang baik yang kebaikan dan ketaatannya sudah diketahui orang banyak. Dia tidak dikenal sebagai pelaku maksiat. Orang seperti ini, jika melakukan kesalahan atau khilaf, maka kekeliruannya tidak boleh dibongkar dan tidak boleh diperbincangkan karena itu termasuk ghibah (menggunjing) yang diharamkan.
Allah Swt. berfirman
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allâh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (An-Nur/QS.24:9)
Maksudnya ialah menyebarkan perbuatan keji orang mukmin yang menyembunyikan kesalahannya atau menyebarkan berita keji yang dituduhkan kepada kaum Muslimin padahal mereka tidak melakukannya sama sekali, seperti kisah dusta yang menimpa ‘Aisyah Radhiyallahu anha .
Anjuran menutup aib seorang Muslim yang berbuat kesalahan tidak berarti membiarkan kesalahannya. Bagi yang mengetahuinya tetap memiliki kewajiban untuk mengingkari kesalahan tersebut dan wajib untuk menutup aibnya.
Oleh karena itu, setiap Muslim dan Muslimah wajib menutup dirinya apabila dia salah, segera bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak menceritakannya kepada orang lain.
Berbeda dengan orang yang sudah dikenal sebagai pelaku maksiat dan dia melakukannya terang-terangan, tidak perduli dengan perbuatan maksiatnya dan komentar miring masyarakat terhadap dirinya. Orang seperti ini, tidak apa dibuka aibnya. Bahkan orang seperti ini harus diselidiki keadaannya untuk dijatuhi hudud (hukuman).
Nabi Saw. bersabda
“Hai Unais! Pergilah ke istri fulan ini. Jika ia mengaku (berzina), maka rajamlah ia !” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Orang seperti itu tidak boleh dibela jika tertangkap kendati beritanya belum sampai ke penguasa. Ia harus dibiarkan hingga mendapatkan hukuman agar berhenti dari kejahatannya dan membuat jera yang lainnya.
Sebagai seorang Muslim, menjalankan trilogi menolong kesulitan sesama berarti tidak hanya berbuat baik untuk orang lain, tetapi juga mengharapkan kebaikan dan pahala dari Allah Swt.. Hadis ini mengajarkan bahwa Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut aktif dalam menolong saudaranya. Setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan bagi sesama, baik itu dalam bentuk materiil maupun moral, akan menjadi investasi besar bagi kehidupan akhirat .
Mari kita jadikan hadis ini sebagai pedoman untuk selalu memperluas lingkaran kebaikan kepada orang lain. Dengan begitu, kita tidak hanya meraih keberkahan di dunia ini, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan dan pahala yang besar di sisi Allah Swt..
*****
0 Response to "TRILOGI PERTOLONGAN KESULITAN SESAMA"
Post a Comment